Seminar Mencari Titik Tengah Demokrasi: Antara Keamanan Nasional dan Kebebasan Sipil
Broto Wardoyo, Ph.D., pengajar di Departemen HI, selaku moderator, membuka diskusi dengan memberikan gambaran singkat tentang bagaimana isu spyware dalam konteks keamanan nasional dan kebebasan sipil menjadi semakin relevan di tengah masyarakat. Dari sudut pandang regulator, Dr. Sulistyo, Deputi Bidang Keamanan Siber dan Sandi Pemerintahan dan Pembangunan Manusia BSSN RI, memaparkan tentang pentingnya perlindungan data sebagai isu nasional.
Selanjutnya, Brigjen. Pol. I Made Astawa, Wakil Kepala Densus 88 AT Polri menjelaskan bahwa penyadapan yang dilakukan oleh Densus 88 merupakan salah satu instrumen penting dalam penanggulangan terorisme dan menegaskan bahwa prinsip utama dalam pelaksanaan penyadapan adalah menghormati hak-hak masyarakat sementara menjaga keamanan nasional. Dari sudut pandang jurnalis, Herik Kurniawan, Pemimpin Redaksi GTV sekaligus Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), memaparkan peran media sebagai pilar keempat demokrasi dengan tantangan menghadapi regulasi yang membatasi pergerakan jurnalis. Mabda Haerunnisa Fajrilla Sidiq, peneliti di The Habibie Center, membahas visibilitas penggunaan siber sebagai alat surveillance dari perspektif keamanan siber.
Dr. A. J. Simon Runturambi, Ketua Program Studi Kajian Ketahanan Nasional SKSG UI, menggarisbawahi pentingnya reformasi intelijen untuk mengakomodasi kebebasan sipil tanpa mengganggu kewenangan institusi yang bertugas dalam menjaga keamanan nasional. Ali Abdullah Wibisono, Ph.D., pengajar Keamanan Internasional Departemen HI FISIP UI, menutup sesi dengan membahas secara mendalam landscape keamanan siber di Indonesia yang dipengaruhi oleh kondisi unfinished nation building dan pentingnya menjawab pertanyaan fundamental: “Keamanan untuk siapa?” dan “Keamanan untuk apa?” –