Depok, 30 April 2025 – Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (DHI FISIP UI), telah resmi meluncurkan Program Studi Doktoral Hubungan Internasional (HI) melalui seminar akademik bertajuk “Keberlanjutan Strategi Hedging Asia Tenggara dalam Menghadapi Proteksionisme dan Memperkuat Ekonomi Hijau”, yang diselenggarakan di Auditorium Mochtar Riady, Kampus UI Depok.

Acara ini dihadiri oleh kalangan akademisi, mahasiswa, diplomat, peneliti, dan praktisi hubungan internasional baik dari dalam maupun luar kampus UI. Seminar ini menjadi langkah strategis DHI FISIP UI dalam memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat pengembangan studi Hubungan Internasional yang kritis, reflektif, dan kontekstual terhadap tantangan global.

Acara dibuka dengan sambutan dan keynote speech dari Prof. Dr. Ani W. Soetjipto, M.A., yang menekankan pentingnya dekolonisasi dalam studi hubungan internasional serta peran Asia dan Afrika dalam memperjuangkan hak asasi manusia global. Prof. Ani mengingatkan bahwa Indonesia perlu membongkar logika pembangunan yang monolitik demi memberi ruang bagi kelompok marginal.

Diskusi utama seminar menghadirkan para pakar dari dalam dan luar negeri:

  • Kuik Cheng-Chwee (National University of Malaysia) menjelaskan bahwa hedging merupakan strategi aktif berbasis diversifikasi dan adaptasi, sangat relevan dalam menghadapi dinamika kekuatan besar dunia.
  • Shofwan Al Banna Choiruzzad, Ph.D. menambahkan bahwa Indonesia perlu beranjak dari strategi bertahan ke arah visionary hedging—yakni kebijakan luar negeri yang proaktif, tidak hanya merespons krisis, tetapi mampu mengantisipasi perubahan jangka panjang.
  • Evi Fitriani, Ph.D. menekankan bahwa sentralitas ASEAN sangat bergantung pada kesatuannya. Ia juga menyatakan bahwa diplomasi bilateral Indonesia sering kali lebih efektif ketimbang menunggu konsensus kawasan.
  • Dr. Alexius Djemadu membahas kecenderungan sistem perdagangan global yang kian deal-based dan tanpa kepemimpinan (G-Zero), sementara Prof. Dr. Fredy B. L. Tobing menggarisbawahi bahwa proteksionisme justru dapat menghambat kemajuan ekonomi hijau, dan kerja sama Selatan-Selatan perlu dihidupkan kembali.

Dalam sesi khusus mengenai pendidikan doktoral, para pembicara merefleksikan realitas akademik dan tantangan dalam menempuh studi tingkat doktoral.

  • Asra Virgianita, Ph.D. berbagi pengalaman studi doktoral di Jepang, termasuk tantangan dalam publikasi akademik dan pentingnya kesiapan mental.
  • Nurul Isnaeni, Ph.D. menyampaikan bahwa kurikulum program doktoral HI FISIP UI dirancang untuk menghasilkan riset akademik yang unggul dan berdampak nyata.
  • Sementara itu, Dr. phil. Yandry Kurniawan menyoroti kelemahan mendasar dalam sistem pendidikan tinggi nasional, khususnya minimnya budaya riset dan penulisan akademik yang kuat.

Dalam kegiatan seminar ini, dihadirkan pula Mahasiswa Program Doktor HI FISIP UI angkatan pertama yang memulai studi mereka pada Semester Genap Tahun Akademik 2024/2025. Mahasiswa Program Doktor yang bertindak sebagai moderator dan penanggap diskusi setiap sesi, yaitu: Vahd Nabyl Achmad Mulachela, S.IP., M.A., Indra V. A. Krishnamurti, S.Sos., M.AsianSt., dan Kevin Ali Sesarianto, S.Sos., M.Si. Selain itu, beberapa mahasiswa lainnya doktoral juga berkontribusi sebagai penanggap, diantaranya Nida Nidyarti Rubini, S.IP., M.Si., dan Aditya Permana, S.Fil., M.Hum.

Seminar peluncuran Program Doktoral HI FISIP UI ini menjadi tonggak awal dalam membentuk komunitas akademik yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga mampu memberi kontribusi nyata (impactful) bagi Indonesia dan masyarakat dunia dalam menjawab tantangan global, baik di level kawasan maupun internasional.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai program doctoral HI FISIP UI ini, kunjungi:

🌐 ir.fisip.ui.ac.id
📸 Instagram: @internationalrelationsui
📍 IR FISIP UI
✉️internationalrelations@ui.ac.id

Accessibility