Diskusi Publik  dan Peluncuran Riset Cluster
Palestine: Updates from the Ground and Call for Global Solidarity”
Sabtu, 11 Oktober  2025 | Luring Auditorium Juwono Sudarsono, FISIP UI

Depok, 11 Oktober 2025 – Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) resmi meluncurkan klaster riset baru yaitu Solidaritas Selatan, Pembangunan, dan Transformasi Tata Kelola Dunia Berkeadilan yang diketuai oleh Asra Virgianita, Ph.D.  (Associate Professor, Departemen HI UI). Klaster ini dibentuk sebagai bagian dari komitmen akademik FISIP UI untuk memperkuat kajian kritis terhadap dinamika solidaritas global, khususnya dari perspektif negara-negara Global South, dalam menghadapi ketimpangan struktural dalam tata kelola dunia.

Peluncuran ini ditandai dengan penyelenggaraan seminar publik yang diinisiasi klaster tersebut bertajuk “Palestine: Updates from the Ground and Call from Global Solidarity”.  Tema ini dipilih sebagai salah satu bentuk dorongan memperkuat solidaritas  atas isu kemanusiaan terbesar yang secara nyata terjadi. Genosida, pendudukan, dan sistem apartheid yang terus berlangsung telah merampas hak hidup, kebebasan, dan martabat jutaan rakyat Palestina. Di tengah kebuntuan diplomasi negara, solidaritas global dari masyarakat sipil seperti Global Sumud Flotilla dan BDS (Boycott, Divestment and  Sanctions) menjadi kekuatan penting dalam memperjuangkan keadilan. Palestina adalah cermin kegagalan sistem internasional, sekaligus panggilan moral bagi dunia untuk bertindak.

Seminar ini menghadirkan lima pembicara utama: Saleh Hijazi (Palestinian Activist, BDS National Committee Palestine), Shabnam Palesa Mohamed (International Legal Coalition for Palestine), Apurva G (Asia-Pacific Coordinator, BDS national Committee), Aisyah Nahwa Fahira (Secretary General, UI Students for Justice in Palestine), dan Shofwan Al-Banna Choiruzzad, Ph.D. (Associate Professor, Departemen HI UI), dan dipandu  oleh  A.E. Yeremia Lalisang, Ph.D. (Ketua Program Sarjana HI FISIP UI).  Seminar ini bertujuan untuk mendiskusikan situasi Palestina dari perspektif pelaku gerakan akar rumput yang secara serius dan gigih memperjuangkan isu Palestina di berbagai level, baik itu lokal, nasional, regional, maupun internasional serta upaya memperkuat solidaritas global, khususnya di antara negara-negara Global South. Acara dihadiri oleh mahasiswa, peneliti, jurnalis, serta perwakilan organisasi masyarakat sipil.

Dalam sambutannya, Broto Wardoyo, Ph.D., selaku Ketua Departemen Hubungan Internasional FISIP UI, menyebutkan bahwa kegiatan ini merupakan kelanjutan dari komitmen akademik Departemen HI dalam menyoroti isu Palestina sebagai persoalan kemanusiaan global. “Diskusi dan riset semacam ini adalah bagian dari tanggung jawab moral akademisi untuk terus membangun empati lintas bangsa,” ujarnya.

Sementara itu, Nurul Isnaeni, Ph.D., Wakil Dekan I FISIP UI, menggarisbawahi relevansi kerja sama antarnegara Global South dalam memperjuangkan keadilan global. Menurutnya, “Isu Palestina telah melampaui dimensi politik, dan kini menyentuh inti kemanusiaan. Solidaritas transnasional harus diwujudkan dalam riset, advokasi, dan kolaborasi akademik.”

Sebagai Ketua Klaster Riset, Asra Virgianita, Ph.D., menegaskan dalam paparannya bahwa pembentukan klaster ini bertujuan memperkuat narasi Global South dan menghadirkan perspektif lokal dalam studi hubungan internasional. “Kami ingin menegaskan bahwa suara Global South adalah bagian penting dalam menyeimbangkan wacana global yang selama ini didominasi oleh Global North,” tuturnya.  Lebih dari sekadar ruang akademik, klaster ini diharapkan menjadi wadah strategis lintas batas untuk menghasilkan pemikiran kritis dan solutif berbasis perspektif Global South atas berbagai bentuk ketidakadilan. Klaster ini juga ditujukan untuk memperkuat posisi Universitas Indonesia sebagai pusat riset yang unggul dan berdampak, sekaligus menjadi institusi terdepan dalam membangun jejaring akademik, advokasi, dan solidaritas antarnegara Global South.


Solidaritas Global dan Suara Akar Rumput

Saleh Hijazi melalui paparannya menegaskan bahwa genosida dan sistem apartheid terhadap rakyat Palestina masih berlangsung. Ia menyerukan peran people power dan kebijakan luar negeri yang lebih tegas dari Indonesia. “Gencatan senjata bukan akhir, melainkan awal dari perjuangan menghentikan pembantaian,” tegasnya.

Dari perspektif hukum internasional, Shabnam Palesi Mohamed menyoroti kegagalan sistem hukum global dalam melindungi rakyat Palestina. Ia memperkenalkan inisiatif Truth and Reconciliation Commission for Palestine dan menekankan pentingnya art activism sebagai perlawanan kultural. “Perjuangan hukum harus disertai perjuangan naratif dan budaya,” ujarnya.

Apurva G menambahkan bahwa negara-negara Global South memiliki tanggung jawab moral untuk memperkuat solidaritas terhadap Palestina. Ia menilai bahwa gerakan  boikot, divestasi dan sanksi menjadi alat efektif untuk menekan rezim Israel.

Dari kalangan mahasiswa, Aisyah Nahwa Fakhira menyerukan semangat “Let’s Globalize Intifada,” sebagai bentuk kebangkitan solidaritas lintas generasi. Ia menegaskan bahwa gerakan mahasiswa, seperti UI Students for Justice in Palestine (UISJP), berperan penting dalam menghidupkan kesadaran publik dan menolak normalisasi dengan entitas pro-Zionis.

Menutup sesi pembicara, Shofwan Al-Banna Choiruzzad, Ph.D. menekankan bahwa perjuangan Palestina tidak boleh berhenti pada wacana diplomatik semata. “Indonesia harus konsisten dengan mandat konstitusinya untuk menentang segala bentuk penjajahan,” ujarnya, sembari menegaskan pentingnya solidaritas global dan diplomasi publik.

Refleksi dan Penutup

Dalam sesi tanya jawab, para pembicara menyoroti pentingnya bottom-up movement dalam mendorong perubahan kebijakan luar negeri Indonesia agar lebih tegas mendukung Palestina. Mereka menegaskan perlunya dekolonisasi wacana akademik yang masih didominasi oleh pandangan Barat, serta pentingnya menghubungkan gerakan rakyat dengan kebijakan publik.

Menutup acara, Shabnam Palesi Mohamed menyampaikan pesan pembebasan yang kuat dikutip dari pemikiran Ayundhati Roy (aktivis India): “Perlawanan tidak hanya dengan senjata, tapi juga melalui budaya, seni, dan narasi. Dunia lain bukan hanya mungkin — kita sedang menuju ke sana.”

Melalui seminar publik dan kehadiran klaster riset ini, diharapkan tercipta ruang strategis untuk pengembangan pengetahuan berbasis perspektif Global South, advokasi, kolaborasi lintas disiplin dan lintas negara, dalam memperkuat solidaritas dan memperjuangkan keadilan global.

Penulis:  Tim Klaster Riset Solidaritas Selatan, Pembangunan dan Transformasi Tata kelola Dunia Berkeadilan

Accessibility