Depok, Departemen Hubungan Internasional, Universitas Indonesia pada 29 Februari 2024 menyelenggarakan diskusi bulanan (IR-UI Monthly Discussion) dengan tema Metodologi Penelitian Lapangan untuk Kajian Migrasi yang disampaikan oleh dosen peneliti Joseph Trawicki Anderson, Ph.D. dari Gothenburg University, Swedia. Kegiatan ini berfokus pada berbagi pengalaman dan pengetahuan kepada mahasiswa HI UI berkaitan dengan pelaksanaan fieldworks dalam isu migrasi.

Diskusi ini menunjukan kaitan erat studi lapangan dengan metode wawancara mendalam yang terdiri dari wawancara terstruktur, semi-terstruktur, dan tidak terstruktur.. Masing-masing memiliki kegunaan tersendiri tergantung pada jenis penelitian, seperti wawancara terstruktur yang digunakan untuk penelitian berskala besar dan berbasis survei, serta wawancara semi-terstruktur yang umumnya digunakan untuk penelitian berskala lebih kecil dan bersifat lebih fleksibel. Di sisi lain, wawancara tidak terstruktur umumnya dilakukan bila ingin menguji grounded theory.

Peneliti perlu mempersiapkan rencana wawancara dengan matang. Hal ini bisa dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan siapa saja kelompok-kelompok yang terlibat dan informan utamanya. Setelah itu, peneliti perlu mencari tahu siapa saja yang menjadi gatekeeper dan sebisa mungkin menjaring individu yang dapat menjadi penyambung ke gatekeeper. Selain itu, penting juga untuk mengenali informan sembari mempersiapkan daftar topik (bila melakukan wawancara semi-terstruktur) untuk memastikan bahwa kegiatan wawancara dapat mencakup seluruh topik yang ingin dibahas. Untuk menghargai informan, peneliti dapat sesekali menulis catatan supaya informan merasa didengarkan, terutama di isu migrasi yang banyak berkaitan dengan kelompok rentan dan marginal.

Dalam hal menjaga dinamika wawancara, Anderson menyarankan agar peneliti memperhatikan sifat dari informan. Sebagai contoh, bila informan terlihat skeptis terhadap peneliti, maka perlu menunjukkan pengetahuan yang dimiliki mengenai topik yang dibahas. Terkadang, ada kalanya peneliti perlu berpura-pura tidak tahu mengenai topik yang diangkat informan. Hal ini dapat membantu agar informan dapat membagi pengetahuannya karena merasa memiliki keahlian dalam bidangnya.

Di samping itu semua, kegiatan ini juga menekankan pentingnya memperhatikan etika dalam wawancara. Sebagai langkah pertama, peneliti perlu menjelaskan dengan jelas sejak awal kepada informan mengenai tujuan penelitian dan bagaimana data yang diperoleh akan digunakan. Selain itu, penting juga untuk terlebih dahulu meminta izin kepada informan untuk merekam sesi wawancara, karena informan kerap terikat oleh aturan institusinya. Oleh sebab itu, peneliti perlu menyesuaikan diri untuk mengikuti peraturan yang ada di tempat atau institusi yang terlibat dalam wawancara. Terakhir, apabila selama wawancara berlangsung muncul kecanggungan atau ketidaknyamanan dengan atau dari informan, alangkah baiknya jika sesi wawancara diberhentikan supaya tidak memperkeruh suasana.